feel free to comment but you're not allowed to complain!!
just enjoy..

Minggu, 19 Desember 2010

Sweet November

Bukan mau pamer kalau saya sibuk, but November is the busiest month ever!!

Saya cuma punya waktu 10 hari leha-leha, sisanya 4Malang-Sidoarjo-Jakarta-Jatinangor-Jakarta-Singapore-Jakarta-Jatinangor-Solo-Semarang-Jakarta-Jatinangor

Maha Suci Allah, saya nggak sakit thypus. Allah Maha Besar, saya menggendut. (*Hubungannya apa deh?  Karena saya nggak mau thypus, saya lahap semua makanan di depan mata dan hasilnya berat badan tak terkontrol)

Bulan itu saya cari banyak uang, buang banyak uang, dan mengeluarkan banyak keringat. Kegiatan “cari banyak uang” saya dipenuhi dengan acara school visit keliling Jawa, kasih workshop di depan ratusan anak SMA soal cara merawat kulit versi produk Garnier. 

Kira-kira gini deh, kerjaan gue selama keliling kota. Kasih workshop soal inner and outter beauty. Padahal gue sendiri, masih belajar soal itu. hehehe


Sedangkan, kegiatan “buang banyak uang” saya dipenuhi dengan liburan sebentar ke negara tetangga sampai kartu kredit over limit. Di sela-sela padatnya jadwal show (macam artis aja deh gue), saya harus BBJJ *bolak-balik-jakarta-jatinangor* buat kuliah, dapat dipastikan kegiatan itu mengeluarkan banyak keringat kan? Suatu kali, saya baru tiba dari Singapore pukul 20.00, besok paginya ada kuliah jam 10.00 di Jatinangor, dan sore harinya pukul 17.00 pesawat saya sudah lepas landas menuju Solo.

Itu sepenggal kisah cemen mimpi yang pelan-pelan terwujud..

Mungkin kamu pernah baca tulisan saya yang judulnya, “Early October Wishlist”. Thank god, beberapa hal yang saya impikan dan saya inginkan dapat terwujud di bulan November.

New Spirit for My Thesis
ini gadget paling mahal yang bisa saya beli dari hasil keringat sendiri, semoga abis ini bisa beli yang lebih mahal lagi. amiin :) 
 Travelling Around by an Airplane 
yeaaay, i love travelling (sorry, i mean travelling yet working) . this is the first time, i touched down Malang

jembatan San Fransisco ala Indonesia (baca: Suramadu)
yeay, another sweet-but-short-escape to singapore :)))
 at Sam Poo Kong - Semarang - another working yet travelling
No More Tears, and Always Smile 
see, my mouth widely open, SMILE...



Keringat yang banyak keluar, waktu yang banyak terpakai itu dibayar dengan segudang kegiatan seru di atas. Saya mulai paham, bahagianya beli laptop sendiri, bahagianya keluar negeri pakai uang sendiri, dan beliin mama papa oleh-oleh dari uang dinas luar kota. It feels amazing

By the end of the Sweet November, the happiness is ended too. Unsweet things, truly happened on my december, especially on my birthday. Entah kenapa ulang tahun kali ini, saya biasa saja, tidak ada yang spesial, dan tidak ada yang membuat ini jadi spesial. Jangan tanya kenapa? Sesampainya saya di Jatinangor, saya harus menahan rindu (cailaah bahasa gue, rinduuu) tiga minggu nggak ketemu pacar. Yessss!! Pacar saya kerja dan sibuk beraaat. Saya ulang tahun, dia cuma kirim BBM. Ketemu cuma sekali dalam seminggu, itu juga nggak lama. Tiga minggu juga dia sibuk sama kerjaannya, total saya pengen garuk-garuk tanah. *inhale-exhale-inhale-exhale* sekarang saya berdoa aja semoga uang hasil kerjanya dipakai buat beliin kado ulang tahun saya. Hehehe..

Sampai sini dulu nulisnya, daripada saya masuk ke wilayah yang lebih pribadi, yang ada nanti gue curhat. Eh, rasanya seru juga nih, kalau postingan selanjutnya soal refleksi hidup kita di tahun 2010 lanjut resolusi 2011. Please share yours..!!! 

22 Feels Like 32

I'm almost entering the 2nd and 3rd part of my life..

Kalau kamu pernah baca tulisan saya sebelumnya, "An Ideal Life vs My Own Life", kamu pasti ingat, saya pernah membagi hidup dalam empat bagian: (1) Born; (2) Married; (3) Have a Child; and (4) Die

Saat ini kamu ada dimana?

Saya masih ada di jalan dari satu menuju dua. Tapi saya hampir paham rasanya ada di nomor dua dan tiga. Nah lho, kok bisa??

2010 jadi tahun pertama saya datang ke resepsi pernikahan teman-teman saya. Catat! Teman-teman saya. Berarti lebih dari satu kan? Ya, ada sekitar empat hajatan yang saya sambangi (kesannya kayak mau berantem ya?) hehehe..

Empat-empatnya teman sebaya saya. Umurnya sama-sama 22 tahun. Hebat ya mereka, mau berbagi hidup saat saya masih memilih untuk memikirkan diri sendiri.

Sedikit banyak saya paham lika-liku ber-rumah tangga. Salah satu sahabat terdekat saya menikah bulan Agustus lalu. Dia cerita semuanya, termasuk pengalaman malam pertamanya. Whoaaa, glad to know that marriage is not about full time happiness!! Jadi, buat kamu yang kebelet nikah, pikir 1000 kali, karena lo nggak bisa memutar waktu.


Gue hobi banget foto sama pengantin. Orang yang antri salaman di belakang gue, pasti kesel, karena gue foto-foto dulu ;p



Selesai ke acara-acara pernikahan, kemarin saya dapat undangan aqiqah. Well well well, temen gue banyak yang udah punya buntut. Dan saya mulai terbiasa dengan sebutan "Aunty Asti"



they call me, "AUNTY ASTI"


Saya mulai terbiasa, double date ke mall sama pasangan suami istri tambah seorang baby.
Saya mulai terbiasa, nemenin temen di nursery room mall, nyusuin anaknya
Saya mulai terbiasa, lihat-lihat pakaian anak kecil, sekedar cari kado buat si baby-baby itu
Saya mulai terbiasa, makan di restoran fast food, sekedar nemenin anak teman saya main perosotan
Saya mulai terbiasa, didatangi tengah malam saat teman saya ribut dengan mama mertuanya
Saya mulai terbiasa, nonton film kartun saat main ke rumah teman yang lagi nyuapin anaknya

Saya belum menikah, bahkan belum ada waktu untuk memikirkan soal itu secara serius, tapi sedikit banyak saya tahu rasanya, rasa enaknya, dan rasa tidak enaknya.

Abis nulis ini, gue mendadak ngerasa tua. Entah kapan saya benar-benar masuk ke bagian kedua dalam hidup saya? Tunggu postingan berikutnya soal pernikahan saya, yang mungkin akan diposting saat kalian sudah duluan punya anak. hehehe..  

Perempuan Gila Kerja

Kayaknya keren tuh kalau kamu dapat sebutan workaholic. Jadi orang yang punya segudang kegiatan itu kayaknya seru. SERU?? --> SURE??

Banyak mitos bilang, “jadi perempuan itu harus milih, mau karier bagus atau rumah tangga bahagia?”
Namanya juga mitos, belum tentu benar-belum tentu salah. Kalau saya dihadapkan pada pilihan itu, rasanya saya pengen main petak umpet sama si “pilihan karier” atau si “bahagia rumah tangga”

Salah satu orang yang paling menginspirasi dalam hidup saya, she’s dangerously smart, beauty in inner and outter, and such a good leader. Awalnya saya lihat hidupnya begitu sempurna, suami tampan, anak-anak pintar dan lucu, karier cemerlang. Tapi, belakangan dia sering pingsan di kantor, alasannya dia sakit dan kurang istirahat. God speed, ternyata sesaat sebelum dia pingsan, dia baru saja menerima telfon dari pengacaranya. Ya, she got divorced!! Di mata saya, dia hebat, dia sangat mandiri karena tidak pernah bergantung pada penghasilan suaminya, dia pemimpin yang sangat menginspirasi karyawannya, tapi dia hilang arah dalam hubungan rumah tangganya. Karena apa? Simpulkan sendiri!!

Sahabat saya, sangat bahagia akan pernikahannya. Istri yang manut sama suami, tiap hari masak, beresin rumah, beresin “urusan ranjang” sampai dia stress sendiri sama rutinitasnya. Akhirnya ia minta ijin sama suami untuk bekerja. Diijinkan asal bla bla bla bla bla.. Hasilnya, dia harus puas dengan penghasilannya yang standar dan jenjang karier yang statis plus pekerjaan yang sangat membosankan. So far, pernikahan mereka baik-baik saja. Si suami juga nampak bahagia tuh punya istri seperti si sahabat itu..

Mama sahabat saya, dokter gigi hebat dan cukup terpandang di kotanya, punya suami sesama dokter gigi dengan jam terbang yang jauh di bawah sang istri. Belakangan, sahabat saya sering mengeluh, orang tuanya bertengkar. Alasannya? U-A-N-G!! Uang si mama lebih banyak, karena si mama lebih workaholic daripada si papa. Tahu kan ya, kalau laki-laki itu nggak mau kalah. Naaah, si papa di sini juga nggak mau kalah, dia pengen terlihat banyak uang, caranya? Beli rumah baru, mobil baru, sampai uangnya habis. Dan kelanjutan hidup keluarga itu bergantung dari uang mama. Sahabat saya mengeluh dan beberapa kali menangis, takut mama papanya cerai. Sempat terbesit di otak sahabat saya, ingin memberi tahu mamanya, tapi apa daya, mereka pun bergantung hidup dari keringat si mama.


Sempat terpikir oleh saya, wanita yang mandiri itu cenderung egois. Setuju?

Sedikit bisa diamini,sometimes it happens to me. Saya tidak suka diatur dan saya tidak suka bergantung. So sorry but IMO,  terkesan lemah banget deh cewek yang dikit-dikit minta jemput, dikit-dikit minta anter. Saya paham, saya nggak mungkin hidup sendiri di dunia ini, tapi saya sedikit lebih nyaman saat semua bisa saya lakukan sendiri. Belum lagi nanti kalau orang yang kita “gantungi” itu tidak satu pemikiran sama kita, gosh, bikin urusan tambah ribet doang. Hidup kita udah ribet, ditambah ribet lagi sama orang-orang yang cuma bikin ribet doang, makin ribet kan? Dan saya yakin kalian juga ribet memahami kata-kata saya di atas.

Unshamed to told ya, I’m a bit selfish. 100 persen saya sadar, bagian selfish ini harus cepet-cepet dieliminasi. Nggak bagus banget lama-lama ada di kepribadian gue. Tapi akankah saat gue nggak lagi selfish, gue juga jadi nggak lagi mandiri? Dan kebanyakan mereka yang workaholic adalah mereka yang mandiri, berarti hubungan antara workaholic dengan egois deket ya?

Kesimpulan tolol dari tulisan ini adalah: saat kamu menyerah untuk berbahagia dalam berumah tangga, berarti kamu punya ego yang terlalu tinggi untuk mengurangi sendikit kegilaan kamu akan pekerjaan.

Sedikit cerita soal wanita workaholic, boleh ditimbang-timbang, kiranya kamu mau pilih yang mana? So far, saya masih bisa katakan, Workaholic itu seru. Mungkin ada yang bisa kasih pengalaman baru soal perempuan gila kerja? Feel free for adding some comments J
  

Rabu, 15 Desember 2010

thumbs up for singapo-ah

Kaya tapi bodoh lama-lama akan jadi miskin

Miskin tapi pintar lama-lama akan jadi kaya

Apa yang akan Anda pilih?

Saya sudah pasti pilih miskin tapi pintar dan lama-lama akan jadi kaya. So does Singapore. Yaa, mungkin agak terlambat saya menilai kepintaran negara ini. Unshame to told ya, finally, i went abroad with my own money. And i chose Singapore as the 1st country to visit..

5 hari menghabiskan waktu di sana, tidak berhenti saya berdecak kagum akan cara pikir mereka. Negara kecil tanpa sumber daya alam ini mampu menunjukkan kelihaiannya dalam menata perekonomian. Semuanya canggih, semuanya di atas rata-rata, semuanya patut diacungi jempol.
1.       Lalu Lintas dan Transportasi
Padat di bawah, lengang di atas. Mungkin itu yang terlintas di benak saya saat menatapi keadaan lalu lintas di sana. Sehari saya habiskan waktu saya untuk menikmati keramaian MRT. Kereta bawah tanah ini sungguh ramai, agak penuh sesak, tapi tetap tertib. Halte bawah tanah, dan mobilitas masyarakatnya di bawah tanah sungguh mencerminkan padatnya penduduk negeri singa ini.
Terasa berbeda saat saya muncul ke permukaan. Sesekali saya memilih bus untuk menikmati pemandangan. Jangan harap bertemu kemaceta!! Rasanya cuma Jakarta yang bersahabat dengan penyakit macet itu. Singapore ramah dengan mereka yang anti macet.
2.       Tempat Wisata
Besar ekspetasi saya akan keseruan tempat wisata di Singapore. Bukan kecewa, tapi sedikit merasa kurang puas. Indonesia juga bisa memberikan keseruan berwisata, tapi bukan wisata belanja. Saya paham, kenapa orang Indonesia gemar plesir ke sini, mereka punya semua toko yang ada di dunia. Yaaa, singapore surga belanja. Membuat tangan saya hampir patah membawa kantong belanjaan, membuat kaki saya pantang pegel mengitari semua mall yang ada di sana, dan membuat kartu kredit itu over limit. Ampuuuun!!!
3.       Kreativitas
Bagi Anda yang pernah menyaksikan laser show Songs of the Sea, pasti setuju dengan pendapat saya. Singapore punya tingkat kreativitas tinggi ditunjang dengan kemajuan teknologi yang jauh meninggalkan Indonesia. Saya berdecak kagum melihat cara mereka mengelola otak dan menghasilkan pertunjukkan yang luar biasa menakjubkan.
Tak hanya itu, wisata keliling kota dengan bus terbuka bukan hal sulit untuk diwujudkan di Jakarta. Lantas mengapa tidak? Saya rasa, terpikir pun belum pernah oleh para pemerintah. Mereka punya kreativitas untuk memajukan negaranya tanpa modal apapun dari alam.
4.       Kebersihan
Saya rasa kalian semua sudah tahu seberapa nyamannya berjalan kaki di sepanjang jalan Singapore. Mengapa bisa? Karena bersih and no polution. Entah di Jakarta bagian mana saya bisa menemukan suasana bersih dan nyaman seperti itu?
5.       Semangat kerja
Saya kaget sekaligus salut kepada mereka yang sudah lanjut usia tapi masih bersemangat untuk mencari uang. Singapore memberlakukan hal tersebut. Hampir semua pelayan jasa di restoran dan airport mempekerjakan mereka yang lanjut usia. Sedangkan mereka yang ada di usia produktif, bekerja di sektor wisata.
6.       Time is (more than) Money
Jangan harap bisa jalan pelan di sana. Saat naik elevator saja, saya seringkali minggir ke sebelah kiri, guna menghormati mereka yang ingin mendahului. Time flies, and money doesn’t wait. Hampir bisa dipastikan berapa waktu tempuh yang saya butuhkan untuk sampai ditujuan. Kenapa bisa? Karena semua berjalan tepat waktu.

Sabtu, 23 Oktober 2010

an ideal life VS my own life

Life is all about born, married, have a child, and die

BORN..
Ini takdir Tuhan yang tak terbantahkan. Saat dilahirkan ke dunia, manusia tidak diberi pilihan siapa orang tuanya kelak. Manusia dipaksa menerima dari rahim siapapun dirinya akan keluar, ia harus berbakti kepadanya. Pada saat ini pula semua “suratan” kehidupan kita telah ditulis dengan rapi oleh sang kuasa.
Abis lahir lalu harus apa? Kebanyakan orang menghabiskan ¼ abad untuk hidup sendiri mencari jati diri. Mencari materi, mencari “hahahihi”, dan mencari “hiks hiks hiks”.

MARRIED..
Usia 25 tahun saya jadikan patokan yang ideal bagi diri saya pribadi untuk siap memasuki jenjang kehidupan kedua, yakni pernikahan. Entah dengan siapa jodoh saya kelak, siapapun itu, saya yakin Tuhan punya cerita indah atas dirinya.

HAVE A CHILD..
Saya perempuan, sempurna bagi saya adalah saat ada nafas yang berhembus dari dalam perut saya, kemudian keluar dari rahim, dengan sejuta gen yang diturunkan oleh saya dan suami saya kelak.
Punya anak, terus mau apa? Tidak berandai terlalu tinggi, saya ingin anak-anak saya kelak bisa merawat dan mendoakan saya jika raga ini sudah renta atau bahkan terkubur dalam tanah.

DIE..
Hidup itu bagaikan roda, saat kita muncul dari bawah, maka tunggu saja saat kita akan kembali ke bawah. Ke bawah liang lahat dengan pakaian maha sempurna, kain kafan bersih, yang akan membawa kita bertemu sang pencipta

Hidup yang saya analogikan di atas terkesan sangat simpel, tapi sangat sulit dinyatakan..

Saya, mahasiswa tingkat 4 salah satu univ. negeri di kota Bandung usia 22 tahun. Jengah, bosan, muak dengan kata lulus dan nikah. Entah mengapa, bagi saya hidup tidak sesimpel “lulus terus nikah”. Saya terancam cumlaude dengan syarat lulus tidak lebih dari bulan Februari 2011. Mungkin lulus februari itu mimpi, karena sulit untuk saya mewujudkannya. Jangan tanya mengapa? Saya punya seribu alasan untuk mengatakan saya memilih lulus di waktu yang tepat daripada lulus cepat.

8 dari 10 orang bilang saya workaholic
8 dari 10 orang bilang saya mata duitan
8 dari 10 orang bilang saya beruntung
10 dari 10 orang bilang saya harus punya prioritas

Kuliah saya terhambat saat saya kenal rupiah. 
Kuliah saya terhambat saat papa bukan lagi sumber pendapatan saya. 
Kuliah saya terhambat saat blackberry onyx dan vaio putih saya dapatkan dari keringat sendiri. 
Kuliah saya terhambat saat saya memilih untuk bekerja keliling Indonesia daripada pergi ke kampus. 
Kuliah saya terhambat saat semua pekerjaan minta diselesaikan di depan mata.

Hidup adalah pilihan, dan itu pilihan saya. Entah salah entah benar, saya tidak boleh menyesal. Saya tak bisa ingkar, kadang ada pilu saat melihat teman-teman bimbingan skripsi. Tapi lagi-lagi, saya sudah memilih, saya mencoba sekuat hati untuk tidak mengeluh.

Banyak orang di luar sana, pikir saya bodoh. “Kuliah komunikasi aja lama betul,” ujar mereka. Tapi saya masa bodoh, saya tidak makan dari keringat mereka.
Banyak orang di luar sana, pikir saya bodoh. “Semua teman dan saudara seumuran kamu sudah jadi sarjana,” ujar mereka. Tapi saya masa bodoh, saya tidak makan dari keringat mereka.

Asal mama papa masih sabar menanti, gelar S.Ikom pun pelan-pelan akan saya raih dengan cara saya sendiri.

See, itu baru satu problem dalam hidup yang hingga kini belum ditemukan jalan keluarnya..

Hayang kawin win win win hayang kawin..
(dalam bahasa sunda, artinya pengen kawin)
Ya saya ingin, tapi 3 tahun lagi. Ya saya ingin, tapi setelah bisa beli mobil sendiri. Ya saya ingin, tapi setelah penghasilan saya sendiri bisa mencukupi biaya hidup saya *belanja-salon-fitness-nabung*.

Apa jadinya jika 3 tahun lagi itu belum terjadi?
Apa jadinya jika sebelum 3 tahun saya sudah punya itu?
Tidak akan terjadi apa-apa, itu namanya hidup yang sesungguhnya. Manusia berencana, Tuhan yang menentukan.

Rabu, 13 Oktober 2010

deCINdeTApe deFIKdeSIpe: Legowo

Cerita cinta ini fiksi karangan saya sendiri, jika ada kesamaan nama atau peristiwa, dipastikan itu merupakan ketidaksengajaan. So please, jangan kegeeran atau tersinggung dengan cerita-cerita yang bertitel “decindetape defikdesipe” ini!!

Bebi: “Kamu dimana? Hari ini aku mau jenguk nenek. Ikut yaa?”
Sherina: “Mendadak banget ya. Aku di rumah, harus rapiin rumah karena malam ini mama papa pulang dari luar kota”
Bebi: “Terserah lah (nada ketus), aku maunya kamu ikut”
Sherina: “Loh kok marah sih? Ya gimana dong, aku juga maunya ikut, tapi aku juga harus kerjain pekerjaan rumah”
Bebi: “Emang nggak bisa ditunda apa kerjaannya? Aku kasih waktu sejam. Abis itu kita berangkat”
Sherina: *berpikir keras, ingin bertemu si nenek, enggan bertengkar, menyelesaikan pekerjaan rumah dalam waktu super kilat
Sherina: “Aku udah di jalan ke rumah kamu”
Bebi: “Ok” (sambil tersenyum lebar)


Sherina: “Sahabat aku mau nikah, kamu mau dateng ga? Kamu juga diundang kan?”
Bebi: “Nggak ah, aku banyak deadline”
Sherina: “Ok” (air mata deras mengucur)

Pernah mengalami hal serupa?

Bagi sebagian orang, sifat mengalah Sherina itu disebut pengertian
Bagi sebagian orang, sifat mengalah Sherina itu disebut terpaksa mengalah daripada bertengkar
Bagi sebagian orang, sifat mengalah Sherina itu disebut “mau aja dipaksa sama pacar lo, tolol”

Jika saya adalah Sherina, saya tahu bahwa saya dilahirkan untuk selalu dipaksa mengalah, selalu mengerti, dan bukan jadi seorang pemaksa.

Selasa, 12 Oktober 2010

Women Doing Everything while Men Doing Nothing

True Story 1:
Ibu sudah lama ditinggal Ayah. Yaa, Ayah menyerah akan penyakit kanker paru-paru yang dideritanya 20 tahun lalu. 20 tahun hidup sendiri, membesarkan saya dan adik, Ibu membuktikan ketangguhannya sebagai single parents dan sukses jadi wanita karier. Saya bukan anak broken home. Ibu berhasil membuktikannya! Saya dan adik tumbuh normal seperti teman-teman saya yang punya orangtua utuh. Ibu sempat ingin menikah lagi, tapi maaf saya dan adik kurang suka akan kepribadian si calon suami Ibu. Tanpa kesal, Ibu menuruti kemauan kami berdua. Hingga saat ini, Ibu tidak pernah menunjukkan rasa kesepian walaupun saya dan adik harus kuliah di luar kota. Bahkan, pekerjaan Ibu semakin sukses. Ibu sukses mandiri dan bertahan tanpa suami di sampingnya.

True Story 2:
Mama meninggal saat saya berusia 2 tahun. Papa hanya mampu bertahan 2 tahun hidup berantakan tanpa pendamping. Papa menyerah mendidik kami seorang diri. Saya dan kakak, memiliki ibu tiri saat usiaku 4 tahun. Papa kehabisan akal menghadapi tingkah laku saya dan kakak yang waktu itu masih bocah. Kini saya 22 tahun, masih terbayang muka suram Papa 20 tahun lalu saat hidup sendiri dan masih lekat di bayangan saya, muka sumringah Papa saat menemukan kembali pasangan hidupnya 18 tahun lalu.

True Story 3:
Abang ada dalam masa kritis kehidupannya. Skripsi, mungkin ini berlebihan. Tapi itulah abang. Tak satu katapun keluar saat Ibu bertanya tentang tugas akhirnya. Tak jarang Abang, kabur dari rumah karena stress memikirkan skripsinya. Di saat yang bersamaan, pacar Abang sudah lulus terlebih dahulu dan bekerja di luar kota. Abang ada di titik terendah dalam hidupnya. Ibu pun kehabisan akal untuk mengerti keadaan Abang. Ibu meminta si pacar Abang untuk datang menemui Abang hanya sekedar berada di samping Abang dalam keadaan tersulitnya.
Tidak bermaksud berlebihan, tapi ini nyata terjadi. Dua hari Abang didampingi oleh sang kekasih, dua bab skripsi rampung dia kerjakan. Senyum selalu terpasang di wajah Abang setelah si pacar Abang datang menemani. Kejadian ini terjadi dua kali dalam proses skripsi Abang. Bukan saya (si adik) dan bukan Mama yang dibutuhkan Abang dalam keadaan sulit ini. Abang butuh pacarnya, yang mungkin belahan jiwanya, untuk mendapinginya dalam masa-masa kritis ini.

True Story 4:
Saya  sibuk dengan pekerjaan saya hanya sesaat setelah saya putus. Saya bahkan lupa saya punya masalah percintaan. Saya asik dengan kesibukan saya walau saat malam hari tak jarang air mata menetes dari pelupuk mata.
Mantan pacar saya, berhasil turun 12 kg, dan pekerjaannya ditinggalkan. Entah apa yang dia lakukan di luar sana. Seolah-olah dunia berhenti berputar. Dia tidak lagi bersemangat mencari uang atau bahkan mengejar prestasi.
Tak berselang lama, kami kembali menjalin kasih, baru seminggu tali kasih ini kembali terbina, berat badannya naik lagi 5 kg. Saat itu pula ia kembali menerima semua pekerjaan dan punya semangat baru untuk mengejar prestasi yang sempat dilupakannya.

Sungguh saya percaya, Hawa tercipta lebih dulu daripada Adam
Sungguh saya percaya, Hawa punya daya tarik luar biasa yang bisa membuat Adam “mati” tanpanya
Sungguh saya percaya, Adam tidak lebih hebat daripada Hawa
Sungguh saya percaya, tak akan ada Adam tanpa Hawa
Sungguh saya percaya, emansipasi kaum Hawa sudah ditakdirkan terjadi oleh sang pencipta
Sungguh saya percaya, di balik kesuksesan seorang Adam, tangan ajaib Hawa-lah yang menciptakannya
Dan sungguh saya percaya, Hawa menggantungkan hidupnya pada Adam, begitupun sebaliknya

Minggu, 03 Oktober 2010

Blinded by love

Terkadang tanpa kita sadari, kita berubah karena cinta
Terkadang tanpa kita sadari, kita berusaha mengikuti tipe ideal calon pasangan kita
Terkadang tanpa kita sadari, kita ingkar akan kepribadian diri sendiri

TOLOL

Yaa, buat saya itu tolol
Saya yakin di antara Anda juga pasti pernah jadi tolol
Dan saya pun pernah jadi tolol
Tolol di awal, tapi mencoba belajar kemudian

sebagian orang bilang ini pengorbanan..
bagi saya, untuk hal sesimpel ini namanya membodohi diri sendiri..

Sedikit cerita, teman saya, lelaki perkasa yang jauh dari imej mellow, berperilaku tolol demi seorang gadis yang belum tentu mau jadi pacarnya..
Lelaki itu sangat suka film laga dan anti film drama, apalagi drama murahan..
Tetapi demi menjadi tipe ideal si calon pasangan, dia rela menemani si calon pasangan nonton film drama murahan..
Ya, film drama yang isinya obral gombal plus tebar peluk cium..

Saat saya tanya, "kenapa kok mau nonton film gituan?"
Dia jawab, "di dalam bioskop gw juga nggak nonton kali"
Saya tertawa puas sambil tepuk tangan..
Kalian pasti paham penyebabnya!!


Jumat, 01 Oktober 2010

early october wishlist

1. don't deny just admit it



2. new spirit for my thesis
3. no more tears, and always....
4. cuddle up my best..

5. and travelling around by an airplane



Thank God, Created Gay

Kemarin FPI demo soal Q! Film Festival (festival film gay). Katanya mereka yang gay itu dibenci oleh Tuhannya FPI.
Aduh bapak-bapak cakep yang katanya “Pembela Islam”, kemana aja selama ini? Itu Q! Film Festival bukan yang pertama kalinya diputar lho, kenapa situ baru demo sekarang?
Aduh mas-mas cakep yang katanya “Pembela Islam”, pernah mikir nggak, kalau dengan aksi demo Anda jadi makin banyak orang yang pengen tahu soal festival film itu?

Indonesia masa kini *yang-katanya* sudah maju. Indonesia masa kini *yang-katanya* demokratis. Indonesia masa kini *yang-katanya* masih menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika. Indonesia masa kini *yang-katanya* berdasarkan pada Pancasila.

Sorry to say, buat saya, pernyataan-pernyataan di atas, cuma teori di pelajaran PPKN.

Saya penganut Islam, tapi entah kenapa saya merasa Front Pembela Islam itu beda Tuhan sama saya. Yang saya tahu, Tuhan saya membenci kebathilan, yang saya tahu, Tuhan saya membenci perbuatan anarkis. Dan FPI melakukan semua yang dibenci Tuhan saya. Berarti kita beda Tuhan yaa, mas-mas cakep?

Kata Tuhannya FPI, gay itu nggak boleh dibiarkan keberadaannya. Jadi harus dibasmi dengan cara yang sangat anarkis bin sadis. Waaah, kalau gitu, Tuhan saya nggak suka sama keberadaan mas-mas FPI di muka bumi Indonesia.
Sayangnya FPI di Indonesia itu kebanyakan laki-laki. Kalau mereka mayoritas perempuan, saya jamin mereka suka deh sama sekong-sekong itu. Wong, mereka ganteng-ganteng kok. Atau jangan-jangan mas-mas FPI ini merasa terancam atas keberadaan para sekong. Hehehehe...

Banyak orang, khususnya laki-laki, takut sama keberadaan para “sekong”. Tapi bagi saya, perempuan sejati, keberadaan mereka adalah anugerah.

Buat kamu wanita-wanita cantik di luar sana, coba deh bergaul sama mereka. Saya bisa jamin, kamu nyaman ada di dekat mereka. They much better than the real men!!

Laki-laki sejati bisa mengecewakan perempuan. Sekong tidak pernah mengecewakan perempuan. Yaa, karena sekong hanya akan mengecewakan sesamanya. Hahahaha...

Badan mereka laki-laki, perasaan mereka perempuan, logika mereka laki-laki.
Sungguh perpaduan sempurna yang sudah lama saya idam-idamkan.

Saya sebagai wanita terkadang benci dengan diri saya sendiri. Benci di saat intuisi lebih banyak bicara dibanding logika. Benci di saat orang-orang membodoh-bodohi saya karena terlalu percaya kata hati dibanding kata otak. Benci di saat perasaan selalu menang dibanding pemikiran.

Seringkali, setiap ada di kebimbangan, sekong-sekong itu bisa kasih saya solusi yang luar biasa logis dan berperasaan. Solusi yang mungkin tidak akan keluar dari mereka yang sejatinya perempuan atau laki-laki.

Berbagi sedikit pengalaman pribadi: Suatu ketika saya dan teman-teman sekong, mau pergi karaoke. *sedikit info saya baru menggunakan jilbab 10 bulan lalu* Saat itu, saya menggunakan kaos panjang dan legging. Tiba-tiba sebelum keluar dari apartemen, “Asti, kaosnya ngecap badan. Ganti baju lo atau copot jilbab lo!!” kata salah seorang teman sekong saya.

Saya terdiam, kemudian tersenyum. Masuk kembali ke dalam kamar, mengganti pakaian saya. Setelah dipikir-pikir, beberapa kali saya pakai kaos itu pergi dengan teman laki-laki saya, tapi tak pernah sekalipun keluar larangan seperti itu.

See, mereka yang notabene lelaki sejati itu menikmati lekukan tubuh saya. Sedangkan mereka yang notabene bukan lelaki sejati justru paham rasanya jika seorang “perempuan” dilecehkan. Mereka mampu berpikir logis pakai perasaan yang sangat halus dan tidak ingin hal itu terjadi dengan perempuan.

Pernah terlintas di benak saya *pikiran liar-nakal-dan-naudzubillahimindzalik*, ingin sekali punya kekasih mantan gay. Alasannya, pasti kalian paham. Hehehehehe...

Rabu, 29 September 2010

Membodohi si Pintar..

Apa yang ada di otak Anda saat mendengar kata pintar?
Enstein?
Selalu jadi juara kelas?
Ikut kelas akselerasi?

Salah seorang teman saya, laki-laki dengan cara berpikir yang “pintar” tapi tidak pernah jadi juara kelas, bisa membodohi perempuan yang katanya pintar. Si perempuan ini selalu juara kelas bahkan ikut kelas akselerasi. Wah, nampaknya si perempuan punya otak yang cukup encer. Awalnya saya pikir si perempuan pintar ini tahu bagaimana cara yang paling pas untuk menanggapi si lelaki “pintar” ini. Ternyata saya salah, karena perempuan ini berhasil dibodohi lelaki itu.

See, walaupun dia selalu juara kelas bahkan ikut kelas akselerasi, belum tentu dia pintar. Menurut saya lelaki “pintar” yang tidak pernah jadi juara kelas itu lebih pintar daripada si perempuan yang selalu jadi juara kelas.

Kesimpulan:
Orang pintar adalah orang yang bisa membodohi orang pintar (si juara kelas dan si murid akselerasi)
 

“Butuh” untuk Hidup – “Ingin” untuk Mimpi

My dream guy à tidak jorok – tidak berantakan – tidak pendiam – tidak santai dalam menjalani hidup – well planned


And I used to have a guy like i dreamt about..
  • Dia tidak jorok dan saya punya jiwa “babu” yang besar
Saat saya main ke kosannya, tidak ada satupun kegiatan bebersih dan beberes yang bisa saya lakukan. Setiap sudut kamarnya bersih tanpa debu sedikitpun.

  • Dia tidak berantakan dan saya mencintai kerapihan
Masih dalam waktu yang sama, saat saya main ke kosannya, saya tidak bisa duduk bermalas-malasan di kasurnya. Nggak tega rasanya jika saya harus menduduki kasur yang berlapiskan sprei tanpa sedikitpun lekukan di atasnya. Saya tahu betul, kami punya kesamaan dalam hal ini. Kita sama-sama paling tidak suka melihat sesuatu yang berantakan, termasuk sprei. Akhirnya saya memilih duduk di karpet sambil menunggu dia bersiap diri

  • Dia tidak pendiam dan saya sangat talkative
Rasanya seru punya pasangan yang sama-sama bawel. Dua jam waktu yang sudah dikorbankan setiap malamnya tidak pernah cukup untuk kita berbagi cerita. Hampir terjadi setiap hari, kita rebutan bicara (dalam arti sesungguhnya). Terkadang, cerita saya harus kembali disimpan karena dia ingin saya mendengarkan keluh kesahnya. Terkadang saya lupa apa yang ingin saya ceritakan, saat dia memberikan saya waktu untuk bicara.   

  • Dia tidak santai dalam menjalani hidup dan saya cukup serius dalam merencanakan masa depan
Tak jarang kami berbagi soal impian kami di masa yang akan datang. Usianya baru 24 tahun, namun pengalaman hidup membuatnya jauh lebih dewasa dari usianya. Dia suka saya yang (katanya) berprinsip. Dia suka saya yang (katanya) matang. Saya tahu pasti tahapan masa depannya, begitupun ia tahu pasti tahapan masa depan saya. Setiap hari kita bahas mimpi kita. Tanpa candaan, semua pembicaraan terasa begitu serius. Yaa, saya merasa bagaikan dikejar “dream collector”. Dia selalu tanya, hari ini apa yang saya lakukan sebagai usaha saya dalam meraih impian? Menurutnya, saya rugi kalau menyia-nyiakan hidup saya walaupun cuma satu hari jika tanpa melakukan usaha untuk mencapai mimpi saya

  • Dia well planned dan saya tidak suka sesuatu yang mendadak
Him: “Besok malem nonton yuuuk..”
Me: “Hmm, kayaknya bisa deh. Tapi, gue ada janji dulu sampai jam 8an. Paling ketemuan abis itu aja yaa. I’ll let you know later”
Him: “Ok jam berapa mau kasih kabarnya?”
Me: “Ya belum tahu. Kan diliat dulu besok acaranya gimana”
Him: “Kalau nggak bisa mending bilang sekarang aja, biar gue bisa reschedule kegiatan gue”
Me: “Well okay. I’m sorry, maybe next time yaa”
Him: “It’s okay. Daripada nggak pasti mending nanti kita atur lagi yaa

  • Dia tidak susah diatur dan saya cukup dominan dalam sebuah hubungan
Woman, don’t control your man. Cause you’re not his mom. You should be his lady –by: anonymous” ∞ Saya punya sifat dominan dalam setiap hubungan yang saya jalani. Buruknya, saya suka mengatur pasangan saya. Dan dia penurut. Tanpa bantahan dan hanya sedikit pertimbangan dia lakukan apa yang saya inginkan.

Hubungan “pendekatan” itu hanya bertahan 2 bulan..
Kenapa? Jawabannya -----
Yaa, karena semua terasa mudah, datar, lurus, dan membosankan..

Saat itu, saya paham batasan antara BUTUH dan INGIN itu jauh berbeda
Saya dapatkan semua yang saya inginkan. Tapi mengapa semua terasa begitu membosankan? Karena semuanya terasa mudah.
Karena saya tidak bisa mendapatkan apa yang saya butuhkan dan dia bukan sosok yang tepat untuk bisa mengimbangi kepribadian ini.
Dia tidak bisa memenuhi kebutuhan saya walopun dia memberikan semua yang saya inginkan.
Semua terasa lurus tanpa hambatan, tanpa tantangan, dan tanpa usaha berlebih
Saya tahu saat itu hidup saya ada di zona aman. Tapi saya tidak hidup sebagai diri sendiri.
Saya tidak bisa melakukan apa yang saya harus lakukan. Karena dia berikan semua keinginan tanpa pikirkan apa yang saya butuhkan.

Coba renungkan lagi, apa semua yang kamu punya sekarang adalah benar apa yang kamu butuhkan?

Saat saya keluar dari zona aman kehidupan, di situlah saya benar-benar hidup
Saat saya  keluar dari zona aman kehidupan, di situlah saya bisa memenuhi kebutuhan
Saat saya keluar dari zona aman kehidupan, di situlah saya merasa keinginan saya bukan kebutuhan saya

*Saat ini saya merasa lebih baik ada bersama orang yang jauh dari tipe ideal saya. Aneh, karena bersamanya saya dapat apa yang saya butuhkan.
Saat ini saya mulai paham susahnya memenuhi kebutuhan itu.
Saya harus buang jauh keinginan saya demi mendapatkan apa yang saya butuhkan.
Dibutuhkan usaha ikhlas dan kesabaran ekstra untuk memenuhi kebutuhan itu.
Dan bukankah itu yang membuat kita sebagai manusia merasa benar-benar hidup?