feel free to comment but you're not allowed to complain!!
just enjoy..

Sabtu, 23 Oktober 2010

an ideal life VS my own life

Life is all about born, married, have a child, and die

BORN..
Ini takdir Tuhan yang tak terbantahkan. Saat dilahirkan ke dunia, manusia tidak diberi pilihan siapa orang tuanya kelak. Manusia dipaksa menerima dari rahim siapapun dirinya akan keluar, ia harus berbakti kepadanya. Pada saat ini pula semua “suratan” kehidupan kita telah ditulis dengan rapi oleh sang kuasa.
Abis lahir lalu harus apa? Kebanyakan orang menghabiskan ¼ abad untuk hidup sendiri mencari jati diri. Mencari materi, mencari “hahahihi”, dan mencari “hiks hiks hiks”.

MARRIED..
Usia 25 tahun saya jadikan patokan yang ideal bagi diri saya pribadi untuk siap memasuki jenjang kehidupan kedua, yakni pernikahan. Entah dengan siapa jodoh saya kelak, siapapun itu, saya yakin Tuhan punya cerita indah atas dirinya.

HAVE A CHILD..
Saya perempuan, sempurna bagi saya adalah saat ada nafas yang berhembus dari dalam perut saya, kemudian keluar dari rahim, dengan sejuta gen yang diturunkan oleh saya dan suami saya kelak.
Punya anak, terus mau apa? Tidak berandai terlalu tinggi, saya ingin anak-anak saya kelak bisa merawat dan mendoakan saya jika raga ini sudah renta atau bahkan terkubur dalam tanah.

DIE..
Hidup itu bagaikan roda, saat kita muncul dari bawah, maka tunggu saja saat kita akan kembali ke bawah. Ke bawah liang lahat dengan pakaian maha sempurna, kain kafan bersih, yang akan membawa kita bertemu sang pencipta

Hidup yang saya analogikan di atas terkesan sangat simpel, tapi sangat sulit dinyatakan..

Saya, mahasiswa tingkat 4 salah satu univ. negeri di kota Bandung usia 22 tahun. Jengah, bosan, muak dengan kata lulus dan nikah. Entah mengapa, bagi saya hidup tidak sesimpel “lulus terus nikah”. Saya terancam cumlaude dengan syarat lulus tidak lebih dari bulan Februari 2011. Mungkin lulus februari itu mimpi, karena sulit untuk saya mewujudkannya. Jangan tanya mengapa? Saya punya seribu alasan untuk mengatakan saya memilih lulus di waktu yang tepat daripada lulus cepat.

8 dari 10 orang bilang saya workaholic
8 dari 10 orang bilang saya mata duitan
8 dari 10 orang bilang saya beruntung
10 dari 10 orang bilang saya harus punya prioritas

Kuliah saya terhambat saat saya kenal rupiah. 
Kuliah saya terhambat saat papa bukan lagi sumber pendapatan saya. 
Kuliah saya terhambat saat blackberry onyx dan vaio putih saya dapatkan dari keringat sendiri. 
Kuliah saya terhambat saat saya memilih untuk bekerja keliling Indonesia daripada pergi ke kampus. 
Kuliah saya terhambat saat semua pekerjaan minta diselesaikan di depan mata.

Hidup adalah pilihan, dan itu pilihan saya. Entah salah entah benar, saya tidak boleh menyesal. Saya tak bisa ingkar, kadang ada pilu saat melihat teman-teman bimbingan skripsi. Tapi lagi-lagi, saya sudah memilih, saya mencoba sekuat hati untuk tidak mengeluh.

Banyak orang di luar sana, pikir saya bodoh. “Kuliah komunikasi aja lama betul,” ujar mereka. Tapi saya masa bodoh, saya tidak makan dari keringat mereka.
Banyak orang di luar sana, pikir saya bodoh. “Semua teman dan saudara seumuran kamu sudah jadi sarjana,” ujar mereka. Tapi saya masa bodoh, saya tidak makan dari keringat mereka.

Asal mama papa masih sabar menanti, gelar S.Ikom pun pelan-pelan akan saya raih dengan cara saya sendiri.

See, itu baru satu problem dalam hidup yang hingga kini belum ditemukan jalan keluarnya..

Hayang kawin win win win hayang kawin..
(dalam bahasa sunda, artinya pengen kawin)
Ya saya ingin, tapi 3 tahun lagi. Ya saya ingin, tapi setelah bisa beli mobil sendiri. Ya saya ingin, tapi setelah penghasilan saya sendiri bisa mencukupi biaya hidup saya *belanja-salon-fitness-nabung*.

Apa jadinya jika 3 tahun lagi itu belum terjadi?
Apa jadinya jika sebelum 3 tahun saya sudah punya itu?
Tidak akan terjadi apa-apa, itu namanya hidup yang sesungguhnya. Manusia berencana, Tuhan yang menentukan.

Rabu, 13 Oktober 2010

deCINdeTApe deFIKdeSIpe: Legowo

Cerita cinta ini fiksi karangan saya sendiri, jika ada kesamaan nama atau peristiwa, dipastikan itu merupakan ketidaksengajaan. So please, jangan kegeeran atau tersinggung dengan cerita-cerita yang bertitel “decindetape defikdesipe” ini!!

Bebi: “Kamu dimana? Hari ini aku mau jenguk nenek. Ikut yaa?”
Sherina: “Mendadak banget ya. Aku di rumah, harus rapiin rumah karena malam ini mama papa pulang dari luar kota”
Bebi: “Terserah lah (nada ketus), aku maunya kamu ikut”
Sherina: “Loh kok marah sih? Ya gimana dong, aku juga maunya ikut, tapi aku juga harus kerjain pekerjaan rumah”
Bebi: “Emang nggak bisa ditunda apa kerjaannya? Aku kasih waktu sejam. Abis itu kita berangkat”
Sherina: *berpikir keras, ingin bertemu si nenek, enggan bertengkar, menyelesaikan pekerjaan rumah dalam waktu super kilat
Sherina: “Aku udah di jalan ke rumah kamu”
Bebi: “Ok” (sambil tersenyum lebar)


Sherina: “Sahabat aku mau nikah, kamu mau dateng ga? Kamu juga diundang kan?”
Bebi: “Nggak ah, aku banyak deadline”
Sherina: “Ok” (air mata deras mengucur)

Pernah mengalami hal serupa?

Bagi sebagian orang, sifat mengalah Sherina itu disebut pengertian
Bagi sebagian orang, sifat mengalah Sherina itu disebut terpaksa mengalah daripada bertengkar
Bagi sebagian orang, sifat mengalah Sherina itu disebut “mau aja dipaksa sama pacar lo, tolol”

Jika saya adalah Sherina, saya tahu bahwa saya dilahirkan untuk selalu dipaksa mengalah, selalu mengerti, dan bukan jadi seorang pemaksa.

Selasa, 12 Oktober 2010

Women Doing Everything while Men Doing Nothing

True Story 1:
Ibu sudah lama ditinggal Ayah. Yaa, Ayah menyerah akan penyakit kanker paru-paru yang dideritanya 20 tahun lalu. 20 tahun hidup sendiri, membesarkan saya dan adik, Ibu membuktikan ketangguhannya sebagai single parents dan sukses jadi wanita karier. Saya bukan anak broken home. Ibu berhasil membuktikannya! Saya dan adik tumbuh normal seperti teman-teman saya yang punya orangtua utuh. Ibu sempat ingin menikah lagi, tapi maaf saya dan adik kurang suka akan kepribadian si calon suami Ibu. Tanpa kesal, Ibu menuruti kemauan kami berdua. Hingga saat ini, Ibu tidak pernah menunjukkan rasa kesepian walaupun saya dan adik harus kuliah di luar kota. Bahkan, pekerjaan Ibu semakin sukses. Ibu sukses mandiri dan bertahan tanpa suami di sampingnya.

True Story 2:
Mama meninggal saat saya berusia 2 tahun. Papa hanya mampu bertahan 2 tahun hidup berantakan tanpa pendamping. Papa menyerah mendidik kami seorang diri. Saya dan kakak, memiliki ibu tiri saat usiaku 4 tahun. Papa kehabisan akal menghadapi tingkah laku saya dan kakak yang waktu itu masih bocah. Kini saya 22 tahun, masih terbayang muka suram Papa 20 tahun lalu saat hidup sendiri dan masih lekat di bayangan saya, muka sumringah Papa saat menemukan kembali pasangan hidupnya 18 tahun lalu.

True Story 3:
Abang ada dalam masa kritis kehidupannya. Skripsi, mungkin ini berlebihan. Tapi itulah abang. Tak satu katapun keluar saat Ibu bertanya tentang tugas akhirnya. Tak jarang Abang, kabur dari rumah karena stress memikirkan skripsinya. Di saat yang bersamaan, pacar Abang sudah lulus terlebih dahulu dan bekerja di luar kota. Abang ada di titik terendah dalam hidupnya. Ibu pun kehabisan akal untuk mengerti keadaan Abang. Ibu meminta si pacar Abang untuk datang menemui Abang hanya sekedar berada di samping Abang dalam keadaan tersulitnya.
Tidak bermaksud berlebihan, tapi ini nyata terjadi. Dua hari Abang didampingi oleh sang kekasih, dua bab skripsi rampung dia kerjakan. Senyum selalu terpasang di wajah Abang setelah si pacar Abang datang menemani. Kejadian ini terjadi dua kali dalam proses skripsi Abang. Bukan saya (si adik) dan bukan Mama yang dibutuhkan Abang dalam keadaan sulit ini. Abang butuh pacarnya, yang mungkin belahan jiwanya, untuk mendapinginya dalam masa-masa kritis ini.

True Story 4:
Saya  sibuk dengan pekerjaan saya hanya sesaat setelah saya putus. Saya bahkan lupa saya punya masalah percintaan. Saya asik dengan kesibukan saya walau saat malam hari tak jarang air mata menetes dari pelupuk mata.
Mantan pacar saya, berhasil turun 12 kg, dan pekerjaannya ditinggalkan. Entah apa yang dia lakukan di luar sana. Seolah-olah dunia berhenti berputar. Dia tidak lagi bersemangat mencari uang atau bahkan mengejar prestasi.
Tak berselang lama, kami kembali menjalin kasih, baru seminggu tali kasih ini kembali terbina, berat badannya naik lagi 5 kg. Saat itu pula ia kembali menerima semua pekerjaan dan punya semangat baru untuk mengejar prestasi yang sempat dilupakannya.

Sungguh saya percaya, Hawa tercipta lebih dulu daripada Adam
Sungguh saya percaya, Hawa punya daya tarik luar biasa yang bisa membuat Adam “mati” tanpanya
Sungguh saya percaya, Adam tidak lebih hebat daripada Hawa
Sungguh saya percaya, tak akan ada Adam tanpa Hawa
Sungguh saya percaya, emansipasi kaum Hawa sudah ditakdirkan terjadi oleh sang pencipta
Sungguh saya percaya, di balik kesuksesan seorang Adam, tangan ajaib Hawa-lah yang menciptakannya
Dan sungguh saya percaya, Hawa menggantungkan hidupnya pada Adam, begitupun sebaliknya

Minggu, 03 Oktober 2010

Blinded by love

Terkadang tanpa kita sadari, kita berubah karena cinta
Terkadang tanpa kita sadari, kita berusaha mengikuti tipe ideal calon pasangan kita
Terkadang tanpa kita sadari, kita ingkar akan kepribadian diri sendiri

TOLOL

Yaa, buat saya itu tolol
Saya yakin di antara Anda juga pasti pernah jadi tolol
Dan saya pun pernah jadi tolol
Tolol di awal, tapi mencoba belajar kemudian

sebagian orang bilang ini pengorbanan..
bagi saya, untuk hal sesimpel ini namanya membodohi diri sendiri..

Sedikit cerita, teman saya, lelaki perkasa yang jauh dari imej mellow, berperilaku tolol demi seorang gadis yang belum tentu mau jadi pacarnya..
Lelaki itu sangat suka film laga dan anti film drama, apalagi drama murahan..
Tetapi demi menjadi tipe ideal si calon pasangan, dia rela menemani si calon pasangan nonton film drama murahan..
Ya, film drama yang isinya obral gombal plus tebar peluk cium..

Saat saya tanya, "kenapa kok mau nonton film gituan?"
Dia jawab, "di dalam bioskop gw juga nggak nonton kali"
Saya tertawa puas sambil tepuk tangan..
Kalian pasti paham penyebabnya!!


Jumat, 01 Oktober 2010

early october wishlist

1. don't deny just admit it



2. new spirit for my thesis
3. no more tears, and always....
4. cuddle up my best..

5. and travelling around by an airplane



Thank God, Created Gay

Kemarin FPI demo soal Q! Film Festival (festival film gay). Katanya mereka yang gay itu dibenci oleh Tuhannya FPI.
Aduh bapak-bapak cakep yang katanya “Pembela Islam”, kemana aja selama ini? Itu Q! Film Festival bukan yang pertama kalinya diputar lho, kenapa situ baru demo sekarang?
Aduh mas-mas cakep yang katanya “Pembela Islam”, pernah mikir nggak, kalau dengan aksi demo Anda jadi makin banyak orang yang pengen tahu soal festival film itu?

Indonesia masa kini *yang-katanya* sudah maju. Indonesia masa kini *yang-katanya* demokratis. Indonesia masa kini *yang-katanya* masih menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika. Indonesia masa kini *yang-katanya* berdasarkan pada Pancasila.

Sorry to say, buat saya, pernyataan-pernyataan di atas, cuma teori di pelajaran PPKN.

Saya penganut Islam, tapi entah kenapa saya merasa Front Pembela Islam itu beda Tuhan sama saya. Yang saya tahu, Tuhan saya membenci kebathilan, yang saya tahu, Tuhan saya membenci perbuatan anarkis. Dan FPI melakukan semua yang dibenci Tuhan saya. Berarti kita beda Tuhan yaa, mas-mas cakep?

Kata Tuhannya FPI, gay itu nggak boleh dibiarkan keberadaannya. Jadi harus dibasmi dengan cara yang sangat anarkis bin sadis. Waaah, kalau gitu, Tuhan saya nggak suka sama keberadaan mas-mas FPI di muka bumi Indonesia.
Sayangnya FPI di Indonesia itu kebanyakan laki-laki. Kalau mereka mayoritas perempuan, saya jamin mereka suka deh sama sekong-sekong itu. Wong, mereka ganteng-ganteng kok. Atau jangan-jangan mas-mas FPI ini merasa terancam atas keberadaan para sekong. Hehehehe...

Banyak orang, khususnya laki-laki, takut sama keberadaan para “sekong”. Tapi bagi saya, perempuan sejati, keberadaan mereka adalah anugerah.

Buat kamu wanita-wanita cantik di luar sana, coba deh bergaul sama mereka. Saya bisa jamin, kamu nyaman ada di dekat mereka. They much better than the real men!!

Laki-laki sejati bisa mengecewakan perempuan. Sekong tidak pernah mengecewakan perempuan. Yaa, karena sekong hanya akan mengecewakan sesamanya. Hahahaha...

Badan mereka laki-laki, perasaan mereka perempuan, logika mereka laki-laki.
Sungguh perpaduan sempurna yang sudah lama saya idam-idamkan.

Saya sebagai wanita terkadang benci dengan diri saya sendiri. Benci di saat intuisi lebih banyak bicara dibanding logika. Benci di saat orang-orang membodoh-bodohi saya karena terlalu percaya kata hati dibanding kata otak. Benci di saat perasaan selalu menang dibanding pemikiran.

Seringkali, setiap ada di kebimbangan, sekong-sekong itu bisa kasih saya solusi yang luar biasa logis dan berperasaan. Solusi yang mungkin tidak akan keluar dari mereka yang sejatinya perempuan atau laki-laki.

Berbagi sedikit pengalaman pribadi: Suatu ketika saya dan teman-teman sekong, mau pergi karaoke. *sedikit info saya baru menggunakan jilbab 10 bulan lalu* Saat itu, saya menggunakan kaos panjang dan legging. Tiba-tiba sebelum keluar dari apartemen, “Asti, kaosnya ngecap badan. Ganti baju lo atau copot jilbab lo!!” kata salah seorang teman sekong saya.

Saya terdiam, kemudian tersenyum. Masuk kembali ke dalam kamar, mengganti pakaian saya. Setelah dipikir-pikir, beberapa kali saya pakai kaos itu pergi dengan teman laki-laki saya, tapi tak pernah sekalipun keluar larangan seperti itu.

See, mereka yang notabene lelaki sejati itu menikmati lekukan tubuh saya. Sedangkan mereka yang notabene bukan lelaki sejati justru paham rasanya jika seorang “perempuan” dilecehkan. Mereka mampu berpikir logis pakai perasaan yang sangat halus dan tidak ingin hal itu terjadi dengan perempuan.

Pernah terlintas di benak saya *pikiran liar-nakal-dan-naudzubillahimindzalik*, ingin sekali punya kekasih mantan gay. Alasannya, pasti kalian paham. Hehehehehe...