True Story 1:
Ibu sudah lama ditinggal Ayah. Yaa, Ayah menyerah akan penyakit kanker paru-paru yang dideritanya 20 tahun lalu. 20 tahun hidup sendiri, membesarkan saya dan adik, Ibu membuktikan ketangguhannya sebagai single parents dan sukses jadi wanita karier. Saya bukan anak broken home. Ibu berhasil membuktikannya! Saya dan adik tumbuh normal seperti teman-teman saya yang punya orangtua utuh. Ibu sempat ingin menikah lagi, tapi maaf saya dan adik kurang suka akan kepribadian si calon suami Ibu. Tanpa kesal, Ibu menuruti kemauan kami berdua. Hingga saat ini, Ibu tidak pernah menunjukkan rasa kesepian walaupun saya dan adik harus kuliah di luar kota. Bahkan, pekerjaan Ibu semakin sukses. Ibu sukses mandiri dan bertahan tanpa suami di sampingnya.
True Story 2:
Mama meninggal saat saya berusia 2 tahun. Papa hanya mampu bertahan 2 tahun hidup berantakan tanpa pendamping. Papa menyerah mendidik kami seorang diri. Saya dan kakak, memiliki ibu tiri saat usiaku 4 tahun. Papa kehabisan akal menghadapi tingkah laku saya dan kakak yang waktu itu masih bocah. Kini saya 22 tahun, masih terbayang muka suram Papa 20 tahun lalu saat hidup sendiri dan masih lekat di bayangan saya, muka sumringah Papa saat menemukan kembali pasangan hidupnya 18 tahun lalu.
True Story 3:
Abang ada dalam masa kritis kehidupannya. Skripsi, mungkin ini berlebihan. Tapi itulah abang. Tak satu katapun keluar saat Ibu bertanya tentang tugas akhirnya. Tak jarang Abang, kabur dari rumah karena stress memikirkan skripsinya. Di saat yang bersamaan, pacar Abang sudah lulus terlebih dahulu dan bekerja di luar kota. Abang ada di titik terendah dalam hidupnya. Ibu pun kehabisan akal untuk mengerti keadaan Abang. Ibu meminta si pacar Abang untuk datang menemui Abang hanya sekedar berada di samping Abang dalam keadaan tersulitnya.
Tidak bermaksud berlebihan, tapi ini nyata terjadi. Dua hari Abang didampingi oleh sang kekasih, dua bab skripsi rampung dia kerjakan. Senyum selalu terpasang di wajah Abang setelah si pacar Abang datang menemani. Kejadian ini terjadi dua kali dalam proses skripsi Abang. Bukan saya (si adik) dan bukan Mama yang dibutuhkan Abang dalam keadaan sulit ini. Abang butuh pacarnya, yang mungkin belahan jiwanya, untuk mendapinginya dalam masa-masa kritis ini.
True Story 4:
Saya sibuk dengan pekerjaan saya hanya sesaat setelah saya putus. Saya bahkan lupa saya punya masalah percintaan. Saya asik dengan kesibukan saya walau saat malam hari tak jarang air mata menetes dari pelupuk mata.
Mantan pacar saya, berhasil turun 12 kg, dan pekerjaannya ditinggalkan. Entah apa yang dia lakukan di luar sana. Seolah-olah dunia berhenti berputar. Dia tidak lagi bersemangat mencari uang atau bahkan mengejar prestasi.
Tak berselang lama, kami kembali menjalin kasih, baru seminggu tali kasih ini kembali terbina, berat badannya naik lagi 5 kg. Saat itu pula ia kembali menerima semua pekerjaan dan punya semangat baru untuk mengejar prestasi yang sempat dilupakannya.
Sungguh saya percaya, Hawa tercipta lebih dulu daripada Adam
Sungguh saya percaya, Hawa punya daya tarik luar biasa yang bisa membuat Adam “mati” tanpanya
Sungguh saya percaya, Adam tidak lebih hebat daripada Hawa
Sungguh saya percaya, tak akan ada Adam tanpa Hawa
Sungguh saya percaya, emansipasi kaum Hawa sudah ditakdirkan terjadi oleh sang pencipta
Sungguh saya percaya, di balik kesuksesan seorang Adam, tangan ajaib Hawa-lah yang menciptakannya
Dan sungguh saya percaya, Hawa menggantungkan hidupnya pada Adam, begitupun sebaliknya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar