Aku harus sebut apa ya tulisan ini?
Keluh kesah? Nggak juga
Umpatan? Terlalu kasar
Ya apapun itu...
Aku terkadang merasa salah tapi terkadang aku merasa kalah.
Aku salah saat aku hanya memikirkan diriku sendiri. Tapi saat aku memikirkan orang lain dan mengenyampingkan keinginan sendiri, aku rasa diriku kalah. Dikalahkan perasaan tidak enak yang mungkin seharusnya tidak perlu diciptakan Tuhan.
Aku bukan seorang pemimpi besar. Mimpiku bahkan cenderung aman dan mudah dicapai. Tapi entah kenapa selalu ada kerikil yang membuatku harus melompatinya atau bahkan mengambilnya untuk diajak jalan bersama.
Cerita ini implisit. Mungkin pemilihan kata yang digunakan sedikit norak. Nggak tahu juga kenapa aku jadi begini. Tapi gatel banget ini perasaan minta ditumpahin ke tulisan.
Hey kamu, kemarin kita sudah ada di satu garis start yang sama. Aku memilih berlari karena aku tahu waktu terlalu mahal untuk disia-siakan. Aku ajak kamu lari, tapi kenapa kamu tetap jalan?
Jangan tanya balik kenapa aku nggak mau jalan bareng kamu!! Mimpi aku terlalu memburu-burui aku untuk segera diwujudkan. Sekarang aku udah sampai garis finish lap pertama, kamu masih berjalan mencapainya.
Kamu bilang, aku selangkah lebih maju. Kita kemarin bisa sama-sama maju kalau kamu mau ikut aku lari.
Kamu bilang, kamu bukan aku. Memang bukan, tapi aku bisa tularkan semangatku. Sayang kamu masih punya banyak hal yang ingin dilakukan. Dan berlari bersamaku bukan hal utama yang kamu inginkan.
Sekarang aku bingung, harus apa?
Kamu masih butuh bantuanku? Jika ya, aku pun masih ingin menggandeng kamu, mendorong kamu untuk cepat sampai garis finish lap pertama. Melihat kamu menyandang predikat yang diimpikan orang-orang yang menyanyangimu.
Gambaran mimpi aku juga masih buram. Tapi setidaknya aku sudah mulai mencoretkan tinta, menggambar satu demi satu keinginan yang belum terwujud.
Nanti kalau kamu sudah di garis finish lap pertama, aku mau kamu jangan cepat puas. Hidupnya baru dimulai di sana. Masih ada lap dua, lap tiga dan seterusnya. Apakah kamu masih butuh aku di sana? Kita tidak punya jawaban, karena kita belum sampai di sana.
Setiap doa, aku sebut nama kamu, aku mohon kepada-Nya supaya kamu dimudahkan dan dilancarkan untuk cepat sampai di garis finish lap pertama.
Setiap sujud, aku pasrahkan segala urusan jodoh, rejeki, pekerjaan, hidup dan mati hanya kepada Tuhan, karena aku yakin dia ciptakan aku dengan kekuatan terbaiknya dan pasti dia juga sudah tuliskan segala hal yang terbaik buatku. Begitupun kamu.
Jika nanti rencana Tuhan tidak sesuai dengan keinginan kita, kita bisa apa? Aku paling hanya bisa nangis, ngerengek ke temen-temen aku, minta nasihat sana-sini, dan berusaha bangkit lagi dari keterpurukan.
Buat kamu, ya kamu!! Mau seribu atau dua ribu kata yang keluar dari mulut aku untuk meluruskan pemikiran kita masing-masing, aku yakin dalam diri kita masing-masing, kita tahu maunya kita apa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar