feel free to comment but you're not allowed to complain!!
just enjoy..

Minggu, 19 Desember 2010

Sweet November

Bukan mau pamer kalau saya sibuk, but November is the busiest month ever!!

Saya cuma punya waktu 10 hari leha-leha, sisanya 4Malang-Sidoarjo-Jakarta-Jatinangor-Jakarta-Singapore-Jakarta-Jatinangor-Solo-Semarang-Jakarta-Jatinangor

Maha Suci Allah, saya nggak sakit thypus. Allah Maha Besar, saya menggendut. (*Hubungannya apa deh?  Karena saya nggak mau thypus, saya lahap semua makanan di depan mata dan hasilnya berat badan tak terkontrol)

Bulan itu saya cari banyak uang, buang banyak uang, dan mengeluarkan banyak keringat. Kegiatan “cari banyak uang” saya dipenuhi dengan acara school visit keliling Jawa, kasih workshop di depan ratusan anak SMA soal cara merawat kulit versi produk Garnier. 

Kira-kira gini deh, kerjaan gue selama keliling kota. Kasih workshop soal inner and outter beauty. Padahal gue sendiri, masih belajar soal itu. hehehe


Sedangkan, kegiatan “buang banyak uang” saya dipenuhi dengan liburan sebentar ke negara tetangga sampai kartu kredit over limit. Di sela-sela padatnya jadwal show (macam artis aja deh gue), saya harus BBJJ *bolak-balik-jakarta-jatinangor* buat kuliah, dapat dipastikan kegiatan itu mengeluarkan banyak keringat kan? Suatu kali, saya baru tiba dari Singapore pukul 20.00, besok paginya ada kuliah jam 10.00 di Jatinangor, dan sore harinya pukul 17.00 pesawat saya sudah lepas landas menuju Solo.

Itu sepenggal kisah cemen mimpi yang pelan-pelan terwujud..

Mungkin kamu pernah baca tulisan saya yang judulnya, “Early October Wishlist”. Thank god, beberapa hal yang saya impikan dan saya inginkan dapat terwujud di bulan November.

New Spirit for My Thesis
ini gadget paling mahal yang bisa saya beli dari hasil keringat sendiri, semoga abis ini bisa beli yang lebih mahal lagi. amiin :) 
 Travelling Around by an Airplane 
yeaaay, i love travelling (sorry, i mean travelling yet working) . this is the first time, i touched down Malang

jembatan San Fransisco ala Indonesia (baca: Suramadu)
yeay, another sweet-but-short-escape to singapore :)))
 at Sam Poo Kong - Semarang - another working yet travelling
No More Tears, and Always Smile 
see, my mouth widely open, SMILE...



Keringat yang banyak keluar, waktu yang banyak terpakai itu dibayar dengan segudang kegiatan seru di atas. Saya mulai paham, bahagianya beli laptop sendiri, bahagianya keluar negeri pakai uang sendiri, dan beliin mama papa oleh-oleh dari uang dinas luar kota. It feels amazing

By the end of the Sweet November, the happiness is ended too. Unsweet things, truly happened on my december, especially on my birthday. Entah kenapa ulang tahun kali ini, saya biasa saja, tidak ada yang spesial, dan tidak ada yang membuat ini jadi spesial. Jangan tanya kenapa? Sesampainya saya di Jatinangor, saya harus menahan rindu (cailaah bahasa gue, rinduuu) tiga minggu nggak ketemu pacar. Yessss!! Pacar saya kerja dan sibuk beraaat. Saya ulang tahun, dia cuma kirim BBM. Ketemu cuma sekali dalam seminggu, itu juga nggak lama. Tiga minggu juga dia sibuk sama kerjaannya, total saya pengen garuk-garuk tanah. *inhale-exhale-inhale-exhale* sekarang saya berdoa aja semoga uang hasil kerjanya dipakai buat beliin kado ulang tahun saya. Hehehe..

Sampai sini dulu nulisnya, daripada saya masuk ke wilayah yang lebih pribadi, yang ada nanti gue curhat. Eh, rasanya seru juga nih, kalau postingan selanjutnya soal refleksi hidup kita di tahun 2010 lanjut resolusi 2011. Please share yours..!!! 

22 Feels Like 32

I'm almost entering the 2nd and 3rd part of my life..

Kalau kamu pernah baca tulisan saya sebelumnya, "An Ideal Life vs My Own Life", kamu pasti ingat, saya pernah membagi hidup dalam empat bagian: (1) Born; (2) Married; (3) Have a Child; and (4) Die

Saat ini kamu ada dimana?

Saya masih ada di jalan dari satu menuju dua. Tapi saya hampir paham rasanya ada di nomor dua dan tiga. Nah lho, kok bisa??

2010 jadi tahun pertama saya datang ke resepsi pernikahan teman-teman saya. Catat! Teman-teman saya. Berarti lebih dari satu kan? Ya, ada sekitar empat hajatan yang saya sambangi (kesannya kayak mau berantem ya?) hehehe..

Empat-empatnya teman sebaya saya. Umurnya sama-sama 22 tahun. Hebat ya mereka, mau berbagi hidup saat saya masih memilih untuk memikirkan diri sendiri.

Sedikit banyak saya paham lika-liku ber-rumah tangga. Salah satu sahabat terdekat saya menikah bulan Agustus lalu. Dia cerita semuanya, termasuk pengalaman malam pertamanya. Whoaaa, glad to know that marriage is not about full time happiness!! Jadi, buat kamu yang kebelet nikah, pikir 1000 kali, karena lo nggak bisa memutar waktu.


Gue hobi banget foto sama pengantin. Orang yang antri salaman di belakang gue, pasti kesel, karena gue foto-foto dulu ;p



Selesai ke acara-acara pernikahan, kemarin saya dapat undangan aqiqah. Well well well, temen gue banyak yang udah punya buntut. Dan saya mulai terbiasa dengan sebutan "Aunty Asti"



they call me, "AUNTY ASTI"


Saya mulai terbiasa, double date ke mall sama pasangan suami istri tambah seorang baby.
Saya mulai terbiasa, nemenin temen di nursery room mall, nyusuin anaknya
Saya mulai terbiasa, lihat-lihat pakaian anak kecil, sekedar cari kado buat si baby-baby itu
Saya mulai terbiasa, makan di restoran fast food, sekedar nemenin anak teman saya main perosotan
Saya mulai terbiasa, didatangi tengah malam saat teman saya ribut dengan mama mertuanya
Saya mulai terbiasa, nonton film kartun saat main ke rumah teman yang lagi nyuapin anaknya

Saya belum menikah, bahkan belum ada waktu untuk memikirkan soal itu secara serius, tapi sedikit banyak saya tahu rasanya, rasa enaknya, dan rasa tidak enaknya.

Abis nulis ini, gue mendadak ngerasa tua. Entah kapan saya benar-benar masuk ke bagian kedua dalam hidup saya? Tunggu postingan berikutnya soal pernikahan saya, yang mungkin akan diposting saat kalian sudah duluan punya anak. hehehe..  

Perempuan Gila Kerja

Kayaknya keren tuh kalau kamu dapat sebutan workaholic. Jadi orang yang punya segudang kegiatan itu kayaknya seru. SERU?? --> SURE??

Banyak mitos bilang, “jadi perempuan itu harus milih, mau karier bagus atau rumah tangga bahagia?”
Namanya juga mitos, belum tentu benar-belum tentu salah. Kalau saya dihadapkan pada pilihan itu, rasanya saya pengen main petak umpet sama si “pilihan karier” atau si “bahagia rumah tangga”

Salah satu orang yang paling menginspirasi dalam hidup saya, she’s dangerously smart, beauty in inner and outter, and such a good leader. Awalnya saya lihat hidupnya begitu sempurna, suami tampan, anak-anak pintar dan lucu, karier cemerlang. Tapi, belakangan dia sering pingsan di kantor, alasannya dia sakit dan kurang istirahat. God speed, ternyata sesaat sebelum dia pingsan, dia baru saja menerima telfon dari pengacaranya. Ya, she got divorced!! Di mata saya, dia hebat, dia sangat mandiri karena tidak pernah bergantung pada penghasilan suaminya, dia pemimpin yang sangat menginspirasi karyawannya, tapi dia hilang arah dalam hubungan rumah tangganya. Karena apa? Simpulkan sendiri!!

Sahabat saya, sangat bahagia akan pernikahannya. Istri yang manut sama suami, tiap hari masak, beresin rumah, beresin “urusan ranjang” sampai dia stress sendiri sama rutinitasnya. Akhirnya ia minta ijin sama suami untuk bekerja. Diijinkan asal bla bla bla bla bla.. Hasilnya, dia harus puas dengan penghasilannya yang standar dan jenjang karier yang statis plus pekerjaan yang sangat membosankan. So far, pernikahan mereka baik-baik saja. Si suami juga nampak bahagia tuh punya istri seperti si sahabat itu..

Mama sahabat saya, dokter gigi hebat dan cukup terpandang di kotanya, punya suami sesama dokter gigi dengan jam terbang yang jauh di bawah sang istri. Belakangan, sahabat saya sering mengeluh, orang tuanya bertengkar. Alasannya? U-A-N-G!! Uang si mama lebih banyak, karena si mama lebih workaholic daripada si papa. Tahu kan ya, kalau laki-laki itu nggak mau kalah. Naaah, si papa di sini juga nggak mau kalah, dia pengen terlihat banyak uang, caranya? Beli rumah baru, mobil baru, sampai uangnya habis. Dan kelanjutan hidup keluarga itu bergantung dari uang mama. Sahabat saya mengeluh dan beberapa kali menangis, takut mama papanya cerai. Sempat terbesit di otak sahabat saya, ingin memberi tahu mamanya, tapi apa daya, mereka pun bergantung hidup dari keringat si mama.


Sempat terpikir oleh saya, wanita yang mandiri itu cenderung egois. Setuju?

Sedikit bisa diamini,sometimes it happens to me. Saya tidak suka diatur dan saya tidak suka bergantung. So sorry but IMO,  terkesan lemah banget deh cewek yang dikit-dikit minta jemput, dikit-dikit minta anter. Saya paham, saya nggak mungkin hidup sendiri di dunia ini, tapi saya sedikit lebih nyaman saat semua bisa saya lakukan sendiri. Belum lagi nanti kalau orang yang kita “gantungi” itu tidak satu pemikiran sama kita, gosh, bikin urusan tambah ribet doang. Hidup kita udah ribet, ditambah ribet lagi sama orang-orang yang cuma bikin ribet doang, makin ribet kan? Dan saya yakin kalian juga ribet memahami kata-kata saya di atas.

Unshamed to told ya, I’m a bit selfish. 100 persen saya sadar, bagian selfish ini harus cepet-cepet dieliminasi. Nggak bagus banget lama-lama ada di kepribadian gue. Tapi akankah saat gue nggak lagi selfish, gue juga jadi nggak lagi mandiri? Dan kebanyakan mereka yang workaholic adalah mereka yang mandiri, berarti hubungan antara workaholic dengan egois deket ya?

Kesimpulan tolol dari tulisan ini adalah: saat kamu menyerah untuk berbahagia dalam berumah tangga, berarti kamu punya ego yang terlalu tinggi untuk mengurangi sendikit kegilaan kamu akan pekerjaan.

Sedikit cerita soal wanita workaholic, boleh ditimbang-timbang, kiranya kamu mau pilih yang mana? So far, saya masih bisa katakan, Workaholic itu seru. Mungkin ada yang bisa kasih pengalaman baru soal perempuan gila kerja? Feel free for adding some comments J
  

Rabu, 15 Desember 2010

thumbs up for singapo-ah

Kaya tapi bodoh lama-lama akan jadi miskin

Miskin tapi pintar lama-lama akan jadi kaya

Apa yang akan Anda pilih?

Saya sudah pasti pilih miskin tapi pintar dan lama-lama akan jadi kaya. So does Singapore. Yaa, mungkin agak terlambat saya menilai kepintaran negara ini. Unshame to told ya, finally, i went abroad with my own money. And i chose Singapore as the 1st country to visit..

5 hari menghabiskan waktu di sana, tidak berhenti saya berdecak kagum akan cara pikir mereka. Negara kecil tanpa sumber daya alam ini mampu menunjukkan kelihaiannya dalam menata perekonomian. Semuanya canggih, semuanya di atas rata-rata, semuanya patut diacungi jempol.
1.       Lalu Lintas dan Transportasi
Padat di bawah, lengang di atas. Mungkin itu yang terlintas di benak saya saat menatapi keadaan lalu lintas di sana. Sehari saya habiskan waktu saya untuk menikmati keramaian MRT. Kereta bawah tanah ini sungguh ramai, agak penuh sesak, tapi tetap tertib. Halte bawah tanah, dan mobilitas masyarakatnya di bawah tanah sungguh mencerminkan padatnya penduduk negeri singa ini.
Terasa berbeda saat saya muncul ke permukaan. Sesekali saya memilih bus untuk menikmati pemandangan. Jangan harap bertemu kemaceta!! Rasanya cuma Jakarta yang bersahabat dengan penyakit macet itu. Singapore ramah dengan mereka yang anti macet.
2.       Tempat Wisata
Besar ekspetasi saya akan keseruan tempat wisata di Singapore. Bukan kecewa, tapi sedikit merasa kurang puas. Indonesia juga bisa memberikan keseruan berwisata, tapi bukan wisata belanja. Saya paham, kenapa orang Indonesia gemar plesir ke sini, mereka punya semua toko yang ada di dunia. Yaaa, singapore surga belanja. Membuat tangan saya hampir patah membawa kantong belanjaan, membuat kaki saya pantang pegel mengitari semua mall yang ada di sana, dan membuat kartu kredit itu over limit. Ampuuuun!!!
3.       Kreativitas
Bagi Anda yang pernah menyaksikan laser show Songs of the Sea, pasti setuju dengan pendapat saya. Singapore punya tingkat kreativitas tinggi ditunjang dengan kemajuan teknologi yang jauh meninggalkan Indonesia. Saya berdecak kagum melihat cara mereka mengelola otak dan menghasilkan pertunjukkan yang luar biasa menakjubkan.
Tak hanya itu, wisata keliling kota dengan bus terbuka bukan hal sulit untuk diwujudkan di Jakarta. Lantas mengapa tidak? Saya rasa, terpikir pun belum pernah oleh para pemerintah. Mereka punya kreativitas untuk memajukan negaranya tanpa modal apapun dari alam.
4.       Kebersihan
Saya rasa kalian semua sudah tahu seberapa nyamannya berjalan kaki di sepanjang jalan Singapore. Mengapa bisa? Karena bersih and no polution. Entah di Jakarta bagian mana saya bisa menemukan suasana bersih dan nyaman seperti itu?
5.       Semangat kerja
Saya kaget sekaligus salut kepada mereka yang sudah lanjut usia tapi masih bersemangat untuk mencari uang. Singapore memberlakukan hal tersebut. Hampir semua pelayan jasa di restoran dan airport mempekerjakan mereka yang lanjut usia. Sedangkan mereka yang ada di usia produktif, bekerja di sektor wisata.
6.       Time is (more than) Money
Jangan harap bisa jalan pelan di sana. Saat naik elevator saja, saya seringkali minggir ke sebelah kiri, guna menghormati mereka yang ingin mendahului. Time flies, and money doesn’t wait. Hampir bisa dipastikan berapa waktu tempuh yang saya butuhkan untuk sampai ditujuan. Kenapa bisa? Karena semua berjalan tepat waktu.